Powered By Blogger

Rabu, 18 Maret 2015

Ayo, Jadi Kecap Nomor Dua..!


Tidak ada kecap yang diberi label nomor 2 di pasar, semua nomor 1. 

Trik seperti ini dilakukan tidak saja untuk membuat calon konsumen tergiur, tapi juga sekaligus untuk “menggertak” pesaing agar berfikir 2 kali sebelum terjun ke kancah yang sama. 

Dan memang bagi yang bernyali kecil, daripada harus berdarah-darah bertarung dengan si nomor 1, lebih baik cari lahan lain yang lebih aman saja.

Tapi tidak bagi yang bermental jawara. Kemarin orang lain boleh muncul sebagai no 1 dan saya no 2 — namun hari ini harus saya yang no 1. Kalau hari ini masih orang lain yang no 1  dan saya no 2 –  besok giliran saya yang no 1.
Demikian kira-kira falsafah hidup mereka.

Para jawara tidak pernah putus asa, apalagi kalah sebelum berperang. Bagi mereka, nomor 2 berarti PERINGKAT UTAMA dari sederetan penantang. Dan, itu sungguh  terhormat.

Kenyataannya, sebagian masyarakat justru menaruh respek pada si no 2 ini.

Jackie Chan, selama bertahun-tahun menjadi nomor 2, karena citranya selalu jatuh di bawah bayang-bayang sang maestro, Bruce Lee. Namun, setelah sadar bahwa ia tidak mungkin menjiplak tokoh idolanya itu, ia berhasil menjadi diri sendiri yang pada akhirnya membuat dirinya  sukses, kaya dan populer.

Pepsi Cola selama puluhan tahun menjadi nomor 2 di mata masyarakat.  Namun apakah itu berarti Pepsi kurang populer atau kurang berkualitas? Sama sekali tidak. Pepsi sangat dikenal dan dihormati tidak saja sebagai produk bermutu, tapi boleh dikata ialah yang dinobatkan orang sebagai pesaing terberat Coca Cola.

Apa arti semua itu? Tidak lain bahwa, dalam kehidupan ini tidak seyogyanyalah kita merasa kecil.  Tidak peduli kita ada di peringkat berapa saat ini, nomor 2 atau 200 sekali pun, itu tidak penting. Yang penting adalah kita saat nanti, saat perjuangan mati-matian telah kita lakukan, maka sedikit atau banyak, kecil atau besar, perubahan pasti terjadi. 


          succes is not a destination, it’s a journey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar