Sebut saja Udin dan Amir. Kedua pemuda ini tumbuh seperti anak-anak seusianya. Dalam hal semangat, keduanya hampir memiliki kesamaan yaitu sama-sama mempunyai hasrat ingin sukses. Namun mereka mempunyai cara-cara yang berbeda dalam meraih suksesnya. Ketika dalam belajar disebutkan bahwa hanya orang yang bekerja keraslah yang akan meraih kesuksesan hidup di dunia maka keduanya menyimpan motto tersebut dalam memori dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Udin dan Amir mencoba menerapkan konsep kerja keras nya itu.
Kedua pemuda ini mulai mengawali perjalanan hidupnya dengan bekerja menjadi karyawan seorang pengrajin besi. Keduanya bekerja di tempat yang berbeda-beda mengingat bos nya memiliki banyak cabang. Upahnya perhari sesuai dengan besi yang berhasil ia tempa menjadi sebuah barang seperti pisau, golok, atau cangkul.
Udin sangat percaya bahwa hanya dengan bekerja keraslah ia akan sukses dan mendapatkan banyak uang. Oleh karena itu ia bekerja dengan lebih giat lagi. Jika orang lain bekerja 8 jam ia memilih dikasih tambahan waktu 1 jam. Jika orang lain perhari berhasil membuat 10 benda besi maka Udin membuat 20. Bahkan tak jarang ia memilih kerja lembur demi mendapatkan upah lebih. Dia sangat percaya hasil kerja kerasnya akan sesuai dengan yang akan ia dapatkan.
Sementara di tempat yang berbeda, Amir justru melakukan hal yang bertolak belakang dengan Udin. Ia lebih memilih bekerja setengah hari tanpa meminta tambahan waktu dalam bekerja agar mendapat hasil yang banyak. Itu juga ia lakukan pada shift malam dimana ia mulai bekerja dari jam 5 sore sampai selesai pada pukul 02.00 pagi.
Lantas apa yang Amir lakukan pada siang harinya? Alih-alih bekerja ia lebih memilih untuk belajar mendalami tehnik-tehnik membuat peralatan dengan bahan baku besi. Ia mengikuti sebuah pelatihan dengan biaya hasil kerja nya menjadi karyawan. Selain itu, ia mengisi waktu dengan membaca buku dan melakukan hal-hal produktif lainnya seperti membuka pembelian besi bekas di depan rumah untuk kemudian ia jual kepada bosnya.
Udin tidak tahu apa-apa tentang Amir karena lokasi yang cukup jauh dan kerjaannya yang selalu sibuk. Ketika di minta waktu untuk bertemu pun dengan sombong nya Udin menjawab, "Maaf ya mir saya sibuk, nanti saja kalau ada waktu". Dari segi penghasilan, Udin memang lebih banyak daripada Amir mengingat kerjaannya yang sering lembur dan semua uangnya ia tabung sedangkan Amir menyisihkan gajinya untuk membayar pelatihan dan membeli buku. Sisanya cukup buat makan sehari-hari dan menabung secukupnya.
Sudah 3 bulan lamanya, Udin sudah membeli sebuah mobil (walaupun kredit) sementara Amir, motor pun masih seperti dulu. Dengan bangga Udin berkunjung kepada temannya dengan mengendarai mobil barunya sementara Amir hanya bisa tersenyum dan bersyukur temannya bisa membeli sebuah mobil. Amir percaya bahwa suatu saat nanti ia lebih bisa mendapatkan apa yang sudah di dapat oleh Udin.
10 bulan berlalu, Udin merasa letih dalam bekerja. Namun apa daya ia harus melakukan kerjaannya yang sibuk itu demi membayar tagihan mobilnya. Sementara Udin sudah menguasai ilmu-ilmu dalam membuat benda-benda dari besi, mesin produksi yang digunakan, serta pemasarannya. Udin mempunyai banyak teman dari pergulannya di banyak pelatihan.
Setahun berlalu, Amir sudah membuat pabrik sendiri dan memiliki banyak karyawan sementara Udin masih bekerja menjadi seorang karyawan dengan tanggungan kreditan yang membuatnya terus menerus bekerja keras. Kini keadaannya terbalik Amir justru jauh lebih baik dari apa yang di dapatkan oleh Udin. Dia memiliki 5 mobil dan beberapa aset berupa rumah mewah.
Pesan Moral :
"Kerja keras saja belum cukup membuat kita sukses melainkan harus di irngi sebuah kemahiran/ilmu yaitu kerja cerdas."
sumber : akip-39.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar